Gadis kecil itu tersenyum, manis sekali. Seakan dia ingin menunjukkan pada dunia “inilah senyum termanisku”. Aku hanya diam disampingnya. Aku tidak tahu apa yang sedang ada di pikirannya.
Bahagiakah? Sedihkah?Sakit hatikah? Marahkah?
Aku tak bisa menebaknya. Dia hanya diam dalam senyumnya, memandangi layar computer dimana sebuah undangan pernikahan dengan foto kedua mempelai yang baru saja dia buka dari e – mailnya.
Oh mungkin dia sedang bahagia melihat foto pernikahan itu karena sahabatnya bahagia……..
Gadis kecil itu tetap tersenyum, tapi aku bisa mendengar hembusan nafasnya yang berat.
Dia menoleh kearahku. Masih tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya, dan menarik nafas dalam – dalam.
Aku masih tak mengerti. Aku hanya diam menunggunya.
Jari jemarinya mulai mengetik kalimat demi kalimat di komputernya:
Berduka Dalam Tenang
Duka ini,
adalah duka yang tenang
Sepenuh kesungguhan
Aku menutup sepenggal episode kebersamaan
Sepenuh kesadaran
Aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan
Sepenuh Jiwa
Aku menguburnya dalam kenangan masa silam
Sepenuh keyakinan aku mengantarnya pergi
Dari jalan panjang hidupku ke depan
Aku berduka, dengan duka yang tenang:
Atas keyakinan,
Kehilangan ini adalah wajar adanya
Atas kepastian,
Proses hidup memang demikian jalannya
Atas kepercayaan, esok kan datang yang lainnya
Aku berduka dalam tenang
Gadis itu tak sedikitpun berhenti tersenyum, aku sempat mendengar gumam lirih dari bibirnya;
“ lihatlah, aku tersenyum sebagaimana engkau tersenyum, dan aku akan selalu tersenyum untuk kebahagiaanmu dan aku bahagia melihatmu tersenyum bahagia”.Aku tidak tahu kepada siapa gadis itu bicara. Nyaris tak terdengar.
Dan aku baru sadar, betapa dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mempersembahkan senyum termanisnya untuk orang yang sangat dia cintai. Meskipun dia kehilangan.
Tanpa air mata, tanpa emosi, tanpa keluh kesah, dia masih tetap tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya. Kemudian berlari menyebrang jalan. Tak ada yang tahu kalau hatinya sedang terluka.
Aku menatapnya bangga.
“cinta adalah ketika kita bisa membiarkan orang yang kita cintai bahagia dengan caranya sendiri”
poem taken from: wanita lajang tersenyumlah pada dunia (azi)